MAKALAH ILMU KALAM : AKAL DAN WAHYU - IMAN DAN KUFUR - Contoh Soal



Kata Pengantar

  Puji syukur kepada Allah Rabb semesta alam yang telah banyak mencurahkan rahmat dan juga serta kasih sayangnya kepada penduduk bumi sehingga Islam masih menjadi pondasi yang kokoh dalam diri pribadi manusia.
Shalawat serta salam tak lupa kita hadiahkan kepada nabi Muhammad SAW juga beserta para sahabatnya yang istiqomah memperjuangkan Islam, semua ini tiada lain adalah hasil dari akal dan wahyu yang selalu berdampingan dalam memberikan petunjuk kepada manusia itu sendiri, karena pemahaman yang baik akan melahirkan keistiqomahan, sudut pandang yang baik dan juga ahlak yang baik. Dan dengan akal jua manusia bisa menjadi ciptaan pilihan yang allah amanatkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini, begitu juga dengan wahyu yang dimana wahyu adalah pemberian allah yang sangat luar biasa untuk membimbing manusia pada jalan yang lurus.
Alhamdulillaah kami telah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memperluas pengetahuan siswa/siswi mengenai perbandingan beberapa aliran tentang akal dan wahyu, maupun iman dan kufur. Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan nuansa dan gairah baru terhadap proses pembelajaran ilmu kalam.
Tentunya kami menyadari bahwa dalam penyusunan makallah ini pasti masih banyak kekurangan, maka dari itu kami harap bapak guru yang bersangkutan pengarahan sebagai pelengkap kekurangan tersebut. Dan semoga segala ihtiar kita di ridhai Allah Swt.







Pontianak, Rabu 15-januari-2013


Atas nama kelompok

Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………….. I
Daftar Isi………………………………………………………………………………... II
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………………1
C.     Tujuan Pembahasan………………………………………………………….1
D.    Manfaat Pembahasan………………………………………………………...2
BAB II : PEMBAHASAN
1.      Akal dan Wahyu……………………………………………………………
2.      Iman dan Kufur……………………………………………………………
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan……………………………………………………………………
B.     Saran…………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….











BAB I : PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

  Semua aliran teologi dalam islam baik asy,ariyah maturidiyah apalagi mu’tazilah sama-sama mempergunakan akal dalam menyelesaikan persoalan-persoalan teologi yang timbul dikalangan umat Islam perbedaan yang terdapat antara aliran-aliran itu ialah perbedaan derajat dalam kekuatan yang diberikan kepada akal, kalau mu’tazilah berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kuat, As’ariyah sebaliknya akal mempunyai daya yang lemah.
 Akal dan wahyu adalah suatu yang sangat urgen untuk manusia, dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan kepada sang kholiq, akal pun harus dibina dengan ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan budi pekrti yang sangat mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari baginda rasulullah SAW.
 Semua aliran juga berpegang kepada wahyu , dalam hal ini yang terdapat pada aliran tersebut adalah hanya perbedaan dalam intrpretasi. Mengenai teks ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, perbedaan dalam interpretasi inilah, sebenarnya yang menimbulkan aliran-aliran yang berlainan itu tentang akal dan wahyu. Hal ini tak ubahnya sebagai hal yang terdapat dalam bidang hukum Islam atau fiqih.

B.   Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian  dari wahyu ?
2.      Apa pengertian dari akal ?
3.      Menurut beberapa aliran, apa itu akal dan wahyu ?
4.      Apa fungsi akal dan wahyu ?
5.      Bagai mana pendapat beberapa aliran tentang iman dan kufur ?


C.   Tujuan Pembahasan

a.       Menjelaskan apa itu definisi dari akal dan wahyu
b.      Menjelaskan akal dan wahyu menurut beberapa aliran
c.       Menjelaskan fungsi dari akal dan wahyu
d.      Menjelaskan perbandingan pendapat beberapa aliran mengenai iman dan kufur


D.   Manfaat  Pembahasan

a.       Agar siswa dapat mengetahui apa itu definisi dari akal dan wahyu
b.       Agar siswa dapat mengetahui perbandingan akal dan wahyu menurut beberapa aliran
c.        Agar siswa dapat mengetahui fungsi dari akal dan wahyu
d.      Agar siswa dapat mengetahui perbandingan pendapat beberapa aliran mengenai iman dan kufur



BAB II : PEMBAHASAN
1.    AKAL DAN WAHYU

a.     Pengertian  Wahyu
Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal.
Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
             Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan.
  Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari tuhan, Pribadi nabi Muhammad yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus.
·         Kekuatan wahyu

ü  Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
ü  Membuat suatu keyakinan pada diri manusia
ü  Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
ü  Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.

b.    Pengertian  Akal
 Akal menurut pendapat Muhammad Abduh adalah sutu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.
 Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa.
 Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber keyakinan pada tuhan.
·         Kekuatan akal

v  Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya.
v  Mengetahui adanya hidup akhirat.
v  Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
v  Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
v  Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia mnjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
v  Membuat hukum-hukum mengnai kwajiban-kwajiban itu.

c.      Akal dan Wahyu Menurut beberapa Aliran
 Masalah akal dan wahyu dalam pemikiran kalam dibicarakan dalam konteks, yang manakah diantara kedua akal dan wahyu itu yang menjadi sumbr pengetahuan manusia tentang tuhan, tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada tuhan, tentang apa yang baik dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari yang buruk.
Ø  Aliran Mu’tazilah
 Aliran Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep. Sementara itu aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.
Selanjutnya wahyu kaum mu’tazilah mempunyai fungsi memberi penjelasan tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia di akhirat. Abu Jabbar berkata akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal tak mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui dengan perantaraan wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian hukuman dan upah yang akan diperoleh manusia di akhirat.


Ø  Aliran Asy’ariyah
 Aliran Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu. Sementara itu aliran maturidiah Bukhara yang juga digolongkan kedalam pemikiran kalam tradisional berpendapat bahwa dua dari keempat hal tersebut yakni mengetahui tuhan dan mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan akal, sedangkan dua hal lainnya yakni kewajiaban berterima kasih kepada tuhan serta kewajiban melaksanakan yang baik serta meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui dengan wahyu.
Jelas bahwa dalam aliran Asy’ariyah wahyu mempunyai fungsi yang banyak sekali, wahyu yang menentukan segala hal, sekiranya wahyu tak ada manusia akan bebas berbuat apa saja, yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya manusia akan berada dalam kekacauan. Wahyu perlu untuk mengatur masyarakat, dan demikianlah pendapat kaum Asy’ariyah. Al-Dawwani berkata salah satu fungsi wahyu adalah memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di dunia. Oleh karena itu pengiriman para rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya suatu keharusan dan bukan hanya hal yang boleh terjadi sebagaimana hal dijelaskan olh Imam Al-Ghozali di dalam al-syahrastani.

Ø  Aliran Maturidiyah
 Adapun aliran Maturidiyah bagi cabang Samarkand mempunyai fungsi yang kurang wahyu tersebut, tetapi pada aliran Maturidiyah Bukhara adalah penting, bagi Maturidiyah Samarkand perlu hanya untuk mengetahui kewajiban tentang baik dan buruk, sedangkan bagi Maturidiyah Bukhara wahyu perlu untuk mengetahui kwajiban-kewajiban manusia. Oleh Karena itu di dalam system teologi yang memberikan daya terbesar adalah akal dan fungsi terkecil kepada wahyu, manusia dipandang mempunyai kekuasaan dan kemerdekaan.tetapi di dalam system teologi lain yang memberikan daya terkecil pada akal dan fungsi terbesar pada wahyu. Manusia dipandang lemah dan tak merdeka.
Adapun ayat-ayat yang dijadikan dalil oleh paham Maturidiyah Samarkand dan mu’tazilah, dan terlebih lagi untuk menguatkan pendapat mereka adalah surat as-sajdah, surat al-ghosiyah ayat 17 dan surat al-a’rof ayat 185. Di samping itu, buku ushul fiqih berbicara tentang siapa yang menjadi hakim atau pembuat hukum sebelum bi’sah atau nabi diutus, menjelaskan bahwa Mu’tazilah berpendapat pembuat hukum adalah akal manusia sendiri . dan untuk memperkuat pendapat mereka dipergunakan dalil al-Qur’an surat Hud ayat 24.
Di dalam aliran maturidiyah manusia mempunyai kedudukan menengah di antara manusia dalam pandangan aliran Mu’tazilah, juga dalam pandangan Asy’ariyah. Dan dalam pandangan cabang Samarkand manusia lebih berkuasa dan merdeka dari pada manusia dalam pandangan cabang Bukhara. Dalam teologi Maturidiyah Samarkand, yang juga memberikan kedudukan yang tinggi pada akal, tetapi tidak begitu tinggi dibandingkan pendapat Mu’tazilah, wahyu juga mempunyai fungsi relatif banyak tetapi tidak sebanyak pada teologi Asy’ariyah dan maturidiyah Bukhara.
 Sementara itu aliran kalam tradisional mngambil beberapa ayat Al-qur’an sebagai dalil dalam rangka memperkuat pendapat yang mereka bawa . ayat-ayat tersebut adalah ayat 15 surat al-isro, ayat 134 surat Taha, ayat 164 surat An-Nisa dan ayat 18 surat Al-Mulk.
d.    Fungsi akal dan wahyu
 Bagi kaum Asy’ariyah akal hanya dapat mengetahui adanya tuhan saja, wahyu mempunyai kedudukan yang sangat penting. Manusia mengetahui yang baik dan yang buruk, dan mengetahui kewajiban-kewajibannya hanya turunnya wahyu. Dengan demikian sekiranya wahyu tidak ada, manusia tidak akan tahu kewajiban-kewajibannya kepada tuhan, sekiranya syariatnya tidak ada Al-Ghozali berkata manusia tidak aka ada kewajiban mengenal tuhan dan tidak akan berkewajiban berterima kasih kepadanya atas nikmat-nikmat yang diturunkannya. Demikian juga masalah baik dan buruk kewajiban berbuat baik dan mnghindari perbuatan buruk, diketahui dari perintah dan larangan-larangan tuhan. Al-Baghdadi berkata semuanya itu hanya bisa diketahui menurut wahyu, sekiranya tidak ada wahyu tak ada kewajiban dan larangan terhadap manusia.
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Bagi aliran kalam tradisional, akal manusia sudah mengetahui empat hal, maka wahyu ini berfungsi memberi konfirmasi tentang apa yang telah dijelaskan oleh akal manusia sebelumnya. Tetapi baik dari aliran Mu’tazilah maupun dari aliran Samarkand tidak berhenti sampai di situ pendapat mereka, mereka menjelaskan bahwa betul akal sampai pada pengetahuan tentang kewajiban berterima kasih kepada tuhan serta mengerjakan kewajiban yang baik dan menghindarkan dari perbuatan yang buruk, namun tidaklah wahyu dalam pandangan mereka tidak perlu. Menurut Mu’tazilah dan Maturidiyah Samarkand wahyu tetaplah perlu.
 Wahyu diperlukan untuk memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat. Sementara itu, bagi bagi aliran kalam tradisional karena memberikan daya yang lemah pada akal fungsi wahyu pada aliran ini adalah sangat besar. Tanpa diberi tahu oleh wahyu manusia tidak mengetahui mana yang baik dan yang buruk, dan tidak mengetahui apa saja yang menjadi kewajibannya.
 Dari uraian di atas dapatlah kiranya disimpulkan bahwa wahyu bagi Mu’tazilah mempunyai fungsi untuk informasi dan konfirmasi, memperkuat apa-apa yang telah diketahui akal dan menerangkan apa-apa yang belum diketahui akal. Dan demikian menyempurnakan pengtahuan yang telah diperoleh akal.
Jelas bahwa dalam aliran Asy’ariyah wahyu mempunyai fungsi yang banyak sekali, wahyu yang menentukan segala hal, sekiranya wahyu tak ada manusia akan bebas berbuat apa saja, yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya manusia akan berada dalam kekacauan. Wahyu perlu untuk mengatur masyarakat, dan demikianlah pendapat kaum Asy’ariyah. Al-Dawwani berkata salah satu fungsi wahyu adalah memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di dunia. Oleh karena itu pengiriman para rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya suatu keharusan dan bukan hanya hal yang boleh terjadi sebagaimana hal dijelaskan oleh Imam Al-Ghozali di dalam al-syahrastani.
 Tegasnya manusia dalam pandangan aliran Mu’tazilah adalah berkuasa dan merdeka sedangkan dalam aliran Asy’ariyah manusia lemah dan jauh dari merdeka.

2.    IMAN DAN KUFUR
 Agenda persoalan yang pertama timbul dalam teologi Islam masalah iman dan kufur. Persoalan itu dimunculkan pertamakali oleh kaum Khawarij yang mengecap kafir sejumlah tokoh sahabat Nabi SAW. Yang dipandang telah melakukan dosa besar, yaitu Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abu sufyan, Abu Musa Al-Asy’ari, Amr bin Al-Ash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Aisyah istri Rasulullah SAW.
v   Aliran  Khawarij

 Kaum Khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar dari barisan Ali, karena tidak setuju dengan kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib yang menerima tahkim / arbitrase judge between parties to a dispute.
Dari persoalan politik, kemudian kaum khawarij memasuki juga persoalan teologi Islam. Menurut golongan Khawarij al-Muhakkimah, Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr ibn al-‘As dan Abu Musa al-‘Asy’ari adalah kafir.
Iman menurut kaum Khawarij bukan merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman saja. Dan menurut kaum Khawarij, orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya yang diwajibkan oleh Islam, maka termasuk kafir. Jadi apabila sekarang mukmin melakukan dosa besar mapun kecil, maka orang itu termasuk kafir dan wajib diperangi serta boleh di bunuh. Harta bendanya boleh dirampas menjadi harta ghonimah.

v   Aliran Murji’ah

Iman menurut Murji’ah adalah terletak pada tashdiq qolbu, adapun ucapan dan perbuatan tiadak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam qolbu.
Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yangmenyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurnadalam pandangan Tuhan.Sementara yang dimaksud murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang dilakukannya. Dalam menetapkan kafir dan dosa besar, kalau paham Khawarij mengatakan bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar dia sudah dianggap kafir, sedangkan paham murji’ah lebih bersikap positif. Artinya, sesuai dengan sebutan nama mereka arja’a, mereka lebih cenderung menyerahkan saja kepada Tuhan soal pelaku dosa besar.



v   Muta’zilah 

 Menurut paham mu’tazilah Iman adalah tashdiq di dalam hati, iktar dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan konsep ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman, karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut pula olah Khawarij. Menurut mereka iman adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban kepada Tuhan. Jadi, orang yang membenarkan (tashdiq) tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasul-Nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban itu tidak dikatakan mukmin. Tegasnya iman adalah amal. Iman tidak berarti pasif, menerima apa yang dikatakan orang lain, iman mesti aktif  karena akal mampu mengetahui kewajiban-kewajiban kepada Tuhan.
Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.

v   Asy’ariyah

 Menurut aliran ini, dijelaskan oleh syahrastani, iman secara  esensial adalah  tasdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qaul dengan lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupakan furu’(cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa dari-Nya, iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satudari hal-hal tersebut.
Kaum Asy’ariyah – yang muncul sebagai reaksi terhadap kekerasan Mu’tazilah memaksakan paham khalq al-Quran – banyak membicarakan persoalan iman dan kufur. Asy’ariyah berpendapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan   ma’rifah dan amal. Manusia dapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan dan manusia harus menerimanya sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka adalah tashdiq. Pendapat ini berbeda dengan kaum Khawarij dan Mu’tajilah tapi dekat dengan kaum Jabariyah.   Tasdiq menurut Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati yang  mengandung ma’r ifah terhadap Allah

v   Maturidiyah
 Dalam aliran Maturidiyah terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok Samarkhand, dan kelompok Bukhara

·         Maturidiyah golongan Samarkand

 Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan.Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah. Al-Maturidi tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya,tas hdiq, seperti yang dipahami di atas, harus diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil darim a’r ifah ini didapatkan melalui penalaran akal, bukan sekedar berdasarkan wahyu. Lebih lanjut, Al-Maturidi mendasari pandangannya pada dalil naqli surat Al-Baqarah ayat 260. Pada surat Al-Baqarah tersebut dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan Nabi Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan menghidupkan orang yang sudah mati. Permintaan Ibrahim tersebut, lanjut Al-maturidi, tidaklah berarti bahwa Ibrahim belum beriman. Akan tetapi, Ibrahim mengharapkan agar iman yang telah dimilikinya dapat meningkat menjadi iman hasil ma’rifah. Jadi, menurut Al-Maturidi, iman adalah tas hdiq yang berdasarkan ma’r ifah. Meskipun demikian,ma’r ifah menurutnya sama sekali bukan esensi iman, melainkan faktor penyebab kehadiran iman.

·         Maturidiyah golongan Bukhara

 Adapun pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara, seperti yang dijelaskan oleh Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al qalb dan tashdiq bi al-lisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tashdiq bi al-qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam hati tentang keesaan Allah dan rasul-rasul yang diutus-Nya beserta risalah yang dibawanya. Adapun yang dimaksud demgan tashdiq al-lisan adalah mengakui kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara verbal. Pendapat ini tampaknya tidak banyak berbeda dengan As y’ar iyah, yaitu sama-sama menempatkan tashdiq sebagai unsur esensial dari keimanan walaupun dengan pengungkapan yang berbeda

BAB III : PENUTUP
 Demikianlah akal dan wahyu yang kami bahas dalam pandangan aliran Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah Samarkand ataupun maturidiyah Bukhara, mereka semua aliran mempunyai pendapat masing-masing dalam memberikan pendapat tentang akal dan wahyu, dan dari penutup inilah penulis menyarankan agar lebih teliti lagi dalam mambaca apa yang ada dalam presentasi kami, dan apabila banyak kesalahan dalam pembahasan sekiranya dapat dimaklumi dikarenakan kapasitas kemampuan kami yang sangat terbatas pada kajian kami ini.lalu kami dari yang meprentasikan iani dapat mnari benang merah dari kajian ini yaitu :
·         Wahyu mempunyai kedudukan yang sangat pnting dalam aliran Asy’ariyah dan mmpunyai fungsi kecil pada aliran mu’tazilah.
·         Mu’tazilah adalah paham yang beraliran rasional artinya lbih mnguatkan pendapat akal dibandingkan wahyu.
·         Asy’ariyah menjadikan wahyu mempunyai kedudukan penting dalam alirannya disbanding akal.
·         Maturidiyah Bukhara bahwa wahyu dan akal saling berdampingan dan saling menguatkan dengan kata lain kedudukan wahyu dan akal adalah seimbang.
·         Maturidiyah Samarkand bahwa akal lebih tinggi disbanding kedudukan wahyu dengan kata lain sama dengan pendapat aliran Mu’tazilah tentang kedudukan wahyu dan akal.

A.   Kesimpulan

a.       Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal.Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
b.      Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa.
c.       Aliran Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut.
Sementara itu aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.
Aliran Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu.
d.      Menurut Mu’tazilah, fungsi wahyu adalah dibawah fungsi akal. Mereka lebih memuji akal mereka dibanding dengan ayat-ayat suci dan hadits-hadits Nabi.
Menurut Asy’ariyah, fungsi wahyu (Al-Qur’an) dan hadits adalah sebagai pokok, sedang fungsi akal adalah sebagai penguat Nash-nash wahyu dan hadits.
Menurut Maturidiyah, fungsi wahyu dan akal adalah sejajar atau seimbang. Al-Maturidi mangakui adanya kebaikan dan keburukan yang terhadap pada sesuatu perbuatan itu sendiri, dan akal bisa mengetahui kebaikan dan keburukan sebagai suatu perbuatan.
e.      Menurut golongan Khawarij iman bukan merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman sajaJadi apabila sekarang mukmin melakukan dosa besar mapun kecil, maka orang itu termasuk kafir dan wajib diperangi serta boleh di bunuh
Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu, kalau paham Khawarij mengatakan bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar dia sudah dianggap kafir, sedangkan paham murji’ah lebih bersikap positif. Artinya, sesuai dengan sebutan nama mereka arja’a, mereka lebih cenderung menyerahkan saja kepada Tuhan soal pelaku dosa besar.
Menurut paham mu’tazilah.Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.
Menurut aliran Asy’ariyah keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satudari hal-hal tersebut.
Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan.Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah.


B. Saran

 Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat dalam menambah potensi dan gairah baru untuk lebih memahami masalah ilmu kalam beserta perbandingan _ perbandingan pendapat antara beberapa golongan yang ada di dalam nya.




Daftar Pustaka

Yunan Yusuf, M, Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam, Jakarta; Perkasa Jakarta 1990.
Rozak, Abdul, Dkk, Ilmu Kalam, Bandung; CV. Pustaka, 2003.
Nasution, Harun, Teologi Islam Dan Aliran Analisa Perbandingan, Jakarta; Universitas Indonesia, (UI-Press) 1986.
Al-Majid. Al-Najjar. Pemahaman Islam, PT. Remaja Rodsakarya, Bandung; 1997.
Nasution, Harun, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakata’ 1987.
Google.com



















LATIHAN SOAL
I . Berilah tanda silang (x) huruf a,b,c,d, atau e pada jawaban yang paling benar benar!
1.      Yang pertama kali memunculkan persoalan iman dan kufur adalah aliran . . . .
a.       Mu’tazilah                         c. Murji’ah                   e. Maturidiyah
b.      Asy’ariyah                         d. Khawarij

2.      Segala perbuatan yang berbau religius termasuk di dalam nya maslah kekuasaan merupakan bagian dari. . . .
a. Kekufuran                          c. Kedudukan             e. Keimanan
b. Ketaqwaan                         d. Kepercayaan terhadap Tuhan

3.      Ada satu subsekte khawarij yang sangat moderat, subsekte ini memiliki pandangan bahwa setiap pelaku dosa besar tetap sebagai muwahid, tetapi bukan mukmin. Subsekte apakah itu . . . .
a. Uluhiyah                             c. Rububiyah               e. Salafiyah
b. ibadiah                                d. Akhlaqiyah

4.      Dibawah ini adalah nama-nama subsekte aliran teologi murjiah  kecuali …
a. Al- jahmiyah                       c. Al-marja’iyah          e. Asy-syimriyah
b. ash-shalihiyah                     d. An-najariyah

5.      Menurut murji’ah ekstrim, keimana terletak pada. . . .
a. qalbu                                   c. Jiwa                         e. Akhlaq dan jiwa
b. fikiran                                 d.Lisan

6.      Menurut washil bin atha’ dan Amr bin ubaid sebutan untuk seorang yang fasik, sebagai kategori. . . .
a. netral dan independen        c. Freewill                   e. Independen dan Fatalis
b. netral dan rasional              d. independen dan rasional

7.      Aspek penting lainnya dalam konsep mu’tazilah tentang iman adalah apa yang mreka identifikas kan sebgai. . . .
a. keimanan                            c. Mahabbah                e. Hakikat islam
b. ma’rifah                              d. Ketaqwaan

8.      Menurut Al-Asy’ari, iman adalah . . . .
a. mengakui hakikat kebenaran     c. Membenarkan dengan hati            d. Semua benar
b. membenarkan dengan lisan       d. Menyatukan antara hati dan akal
9.      Menurut Al-Maturidi, iman adalah tashdiq, yang berdasarkan . . . .
a. Al-Lisan                              c. Keyakinan                           e. Ma’rifah
b. Al-Qalb                              d. Istiqamah

10.  Iman tidak dapat berkurng,tapi bisa bertambah dengan adanya ibadah-ibadah yang di lakukan. Pernyataan tersebut adalah pendapat dari. . . .
a.Ibnu Hanifah                       c. Al-Juhaini                e. Al-Bazdawi
b. Al-Jabar                              d. Ghilan

11.  Perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus. Merupakan devinisi dari . . . .
a. Akal                                    c. Al-Qur’an                e. Logika
b. Wahyu                                d. Mu’jizat

12.  Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya merupakan bagian dari . . . .
a. Devinisi akal                       c. Fungsi akal              e. Tujuan akal
b. Devinisi wahyu                  d. Kekuatan akal

13.  Dibawah ini merupakan kekuatan akal kecuali . . . .
a. Mengetahui adanya hidup akhirat.
b. Membuat hukum-hukum mengnai kwajiban-kwajiban itu.
c. Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik
d. Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
e. Wajibnya mempercayai kekuatan wahyu

14.  Dibawah ini manakah yang termasuk dalam kekuatan wahyu . . . .
a. Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.
b. Wahyu turun melalui para malaikat
c.  Wahyu turun langsung dari tuhan
d. Wahyu turun tanpa perantara
e. Wahyu turun berangsur-angsur




15.  Dalam kekuatan wahyu, di jelaskan bahwa Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu . . . .
a. Akal dan wahyu                             c. Sunnah dan wahyu              e. Sunnah dan Akal
b. Al-Qur’an dan hadist                     d. Akal dan Al-Qur’an

16.   Aliran yang menganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep adalah aliran . . . .
a. Asy’ariyah                                      c. Khawarij                              e. Syi’ah
b. Maturidiyah                                    d. Mu’tazilah

17.  Wahyu mempunyai fungsi yang banyak sekali, wahyu yang menentukan segala hal, sekiranya wahyu tak ada manusia akan bebas berbuat apa saja, yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya manusia akan berada dalam kekacauan.
Pernyataan diatas merupakan pendapat aliran . . . .
a. Asy’ariyah                                      c. Khawarij                              e. Syi’ah
b. Maturidiyah                                    d. Mu’tazilah

18.  Memberi informasi bagi manusia adalah fungsi dari . . . .
a. Akal                                                c. Al-Qur’an                            e. Hadist
b. Wahyu                                            d. Media massa

19.  Pengiriman para rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya suatu keharusan dan bukan hanya hal yang boleh terjadi sebagaimana hal dijelaskan oleh . . . .
a.Imam hanafi                                                c. Imam Hambali                     e. Imam Al-Ghazali
b. Imam Syafi’I                                  d. Imam Nasa’i

20.  Dalam system teologi  yang memberikan daya terkecil pada akal dan fungsi terbesar pada wahyu. Dalam teology ini, manusia dipandang . . . .
a. lemah dan tidak merdeka.              c. Lemah tapi merdeka                        e. Terkekang
b. Kuat dan Merdeka                         d. Kuat tapi tidak merdeka











ESSAY

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan  jelas !

1.      Apa yang di maksud dengan wahyu ?
2.      Apa yang dimaksud dengan akal ?
3.      Sebutkan dan jelaskan kekuatan dari akal !
4.      Sebutkan dan jelaskan kekuatan dari wahyu !
5.      Siapakah yang di pandang oleh aliran khawarij  telah melakukan dosa besar ?







                                                                                                 
KUNCI JAWABAN

1.      D                    6. A                 11. B               16. D
2.      E                     7. B                 12. D               17. A
3.      B                     8. C                 13. E                18. B
4.      C                     9. E                  14. A               19. E
5.      A                  10. E                  15. B               20. A


ESSAY
1.      Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal.Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang
.
2.      Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa


3.      Kekuatan akal
v  Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya.
v  Mengetahui adanya hidup akhirat.
v  Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
v  Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
v  Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia mnjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
v  Membuat hukum-hukum mengnai kwajiban-kwajiban itu.

4. Kekuatan wahyu
ü  Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
ü  Membuat suatu keyakinan pada diri manusia
ü  Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
ü  Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.
5. Yang dipandang aliran khawarij telah melakukan dosa besar yaitu :
Ø  Ali bin Abi Thalib,
Ø  Mu’awiyah bin Abu sufyan
Ø   Abu Musa Al-Asy’ari
Ø  Amr bin Al-Ash
Ø  Thalhah bin Ubaidillah
Ø   Zubair bin Awwam
Ø  Aisyah istri Rasulullah SAW.

















Comments