MAKALAH ILMU KALAM : AKAL DAN WAHYU - IMAN DAN KUFUR - Contoh Soal
Kata
Pengantar
Puji syukur kepada Allah Rabb semesta alam
yang telah banyak mencurahkan rahmat dan juga serta kasih sayangnya kepada
penduduk bumi sehingga Islam masih menjadi pondasi yang kokoh dalam diri
pribadi manusia.
Shalawat serta
salam tak lupa kita hadiahkan kepada nabi Muhammad SAW juga beserta para
sahabatnya yang istiqomah memperjuangkan Islam, semua ini tiada lain adalah
hasil dari akal dan wahyu yang selalu berdampingan dalam memberikan petunjuk
kepada manusia itu sendiri, karena pemahaman yang baik akan melahirkan
keistiqomahan, sudut pandang yang baik dan juga ahlak yang baik. Dan dengan
akal jua manusia bisa menjadi ciptaan pilihan yang allah amanatkan untuk
menjadi pemimpin di muka bumi ini, begitu juga dengan wahyu yang dimana wahyu adalah
pemberian allah yang sangat luar biasa untuk membimbing manusia pada jalan yang
lurus.
Alhamdulillaah
kami telah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memperluas
pengetahuan siswa/siswi mengenai perbandingan beberapa aliran tentang akal dan
wahyu, maupun iman dan kufur. Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan nuansa dan
gairah baru terhadap proses pembelajaran ilmu kalam.
Tentunya kami menyadari bahwa dalam penyusunan makallah ini pasti
masih banyak kekurangan, maka dari itu kami harap bapak guru yang bersangkutan
pengarahan sebagai pelengkap kekurangan tersebut. Dan semoga segala ihtiar kita
di ridhai Allah Swt.
Pontianak, Rabu
15-januari-2013
Atas nama kelompok
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..
I
Daftar Isi………………………………………………………………………………...
II
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang………………………………………………………………
1
B.
Rumusan Masalah……………………………………………………………1
C.
Tujuan
Pembahasan………………………………………………………….1
D.
Manfaat
Pembahasan………………………………………………………...2
BAB II : PEMBAHASAN
1.
Akal dan
Wahyu……………………………………………………………
2.
Iman dan
Kufur……………………………………………………………
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………
B.
Saran…………………………………………………………………………..
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua
aliran teologi dalam islam baik asy,ariyah maturidiyah apalagi mu’tazilah
sama-sama mempergunakan akal dalam menyelesaikan persoalan-persoalan teologi
yang timbul dikalangan umat Islam perbedaan yang terdapat antara aliran-aliran
itu ialah perbedaan derajat dalam kekuatan yang diberikan kepada akal, kalau
mu’tazilah berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kuat, As’ariyah
sebaliknya akal mempunyai daya yang lemah.
Akal dan wahyu adalah suatu yang
sangat urgen untuk manusia, dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk
mencapai derajat ketaqwaan kepada sang kholiq, akal pun harus dibina dengan
ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan budi pekrti yang sangat mulia yang menjadi dasar
sumber kehidupan dan juga tujuan dari baginda rasulullah SAW.
Semua aliran
juga berpegang kepada wahyu , dalam hal ini yang terdapat pada aliran tersebut
adalah hanya perbedaan dalam intrpretasi. Mengenai teks ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadits, perbedaan dalam interpretasi inilah, sebenarnya yang menimbulkan
aliran-aliran yang berlainan itu tentang akal dan wahyu. Hal ini tak ubahnya
sebagai hal yang terdapat dalam bidang hukum Islam atau fiqih.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
dari wahyu ?
2. Apa pengertian dari akal ?
3. Menurut beberapa aliran, apa itu akal dan
wahyu ?
4. Apa fungsi akal dan wahyu ?
5. Bagai mana pendapat beberapa aliran tentang iman dan kufur ?
C. Tujuan Pembahasan
a.
Menjelaskan apa itu definisi dari akal dan wahyu
b.
Menjelaskan
akal dan wahyu menurut beberapa aliran
c.
Menjelaskan
fungsi dari akal dan wahyu
d.
Menjelaskan
perbandingan pendapat beberapa aliran mengenai iman dan kufur
D. Manfaat Pembahasan
a.
Agar siswa
dapat mengetahui apa itu definisi dari akal dan wahyu
b.
Agar siswa dapat mengetahui perbandingan akal
dan wahyu menurut beberapa aliran
c.
Agar siswa dapat mengetahui fungsi dari akal
dan wahyu
d.
Agar siswa
dapat mengetahui perbandingan pendapat beberapa aliran mengenai iman dan kufur
BAB II : PEMBAHASAN
1. AKAL DAN WAHYU
Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan
gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku. Apa yang dibawa
oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan
prinsip-prinsip akal.
Sesungguhnya wahyu yang berupa
al-qur’an dan as-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang
cukup panjang.
Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang
lengkap, tidak terpisah-pisah.Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori
perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan.
Wahyu baik
berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari tuhan, Pribadi nabi Muhammad yang
menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya
wahyu. Wahyu mmerupakan perintah yang
berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik
perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus.
ü Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
ü Membuat suatu keyakinan pada diri manusia
ü Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam
ghaib.
ü Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.
Akal menurut
pendapat Muhammad Abduh adalah sutu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh
karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.
Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang
mendasar terhadap kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah
satu dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa.
Akal adalah jalan untuk memperoleh iman
sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal iman harus berdasar
pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber keyakinan
pada tuhan.
v Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya.
v Mengetahui adanya hidup akhirat.
v Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada
mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak
mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
v Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
v Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia mnjauhi
perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
v Membuat hukum-hukum mengnai kwajiban-kwajiban itu.
Masalah akal dan wahyu dalam
pemikiran kalam dibicarakan dalam konteks, yang manakah diantara kedua akal dan
wahyu itu yang menjadi sumbr pengetahuan manusia tentang tuhan, tentang
kewajiban manusia berterima kasih kepada tuhan, tentang apa yang baik dan yang
buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari yang buruk.
Ø Aliran Mu’tazilah
Aliran
Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal
mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep. Sementara itu aliran Maturidiyah
Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional, mengatakan juga
kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan mempunyai kemampuan
mengetahui ketiga hal tersebut.
Selanjutnya
wahyu kaum mu’tazilah mempunyai fungsi memberi penjelasan tentang perincian
hukuman dan upah yang akan diterima manusia di akhirat. Abu Jabbar berkata akal
tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari
pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal
tak mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari
hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui
dengan perantaraan wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian
hukuman dan upah yang akan diperoleh manusia di akhirat.
Ø Aliran
Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga berpendapat
bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni
kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban
melaksanakan yang baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan
wahyu. Sementara itu aliran maturidiah Bukhara yang juga digolongkan kedalam
pemikiran kalam tradisional berpendapat bahwa dua dari keempat hal tersebut
yakni mengetahui tuhan dan mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan
akal, sedangkan dua hal lainnya yakni kewajiaban berterima kasih kepada tuhan
serta kewajiban melaksanakan yang baik serta meninggalkan yang buruk hanya
dapat diketahui dengan wahyu.
Jelas bahwa dalam aliran Asy’ariyah wahyu mempunyai
fungsi yang banyak sekali, wahyu yang menentukan segala hal, sekiranya wahyu
tak ada manusia akan bebas berbuat apa saja, yang dikehendakinya, dan sebagai
akibatnya manusia akan berada dalam kekacauan. Wahyu
perlu untuk mengatur masyarakat, dan demikianlah pendapat kaum Asy’ariyah.
Al-Dawwani berkata salah satu fungsi wahyu adalah memberi tuntunan kepada
manusia untuk mengatur hidupnya di dunia. Oleh karena itu pengiriman para
rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya suatu keharusan dan bukan hanya
hal yang boleh terjadi sebagaimana hal dijelaskan olh Imam Al-Ghozali di dalam
al-syahrastani.
Ø Aliran Maturidiyah
Adapun aliran
Maturidiyah bagi cabang Samarkand mempunyai fungsi yang kurang wahyu tersebut,
tetapi pada aliran Maturidiyah Bukhara adalah penting, bagi Maturidiyah
Samarkand perlu hanya untuk mengetahui kewajiban tentang baik dan buruk,
sedangkan bagi Maturidiyah Bukhara wahyu perlu untuk mengetahui
kwajiban-kewajiban manusia. Oleh Karena itu di dalam
system teologi yang memberikan daya terbesar adalah akal dan fungsi terkecil
kepada wahyu, manusia dipandang mempunyai kekuasaan dan kemerdekaan.tetapi di
dalam system teologi lain yang memberikan daya terkecil pada akal dan fungsi
terbesar pada wahyu. Manusia dipandang lemah dan tak merdeka.
Adapun ayat-ayat yang dijadikan dalil oleh paham
Maturidiyah Samarkand dan mu’tazilah, dan terlebih lagi untuk menguatkan
pendapat mereka adalah surat as-sajdah, surat al-ghosiyah ayat 17 dan surat
al-a’rof ayat 185. Di samping itu, buku ushul fiqih berbicara tentang siapa
yang menjadi hakim atau pembuat hukum sebelum bi’sah atau nabi diutus,
menjelaskan bahwa Mu’tazilah berpendapat pembuat hukum adalah akal manusia
sendiri . dan untuk memperkuat pendapat mereka dipergunakan dalil al-Qur’an
surat Hud ayat 24.
Di dalam aliran maturidiyah manusia
mempunyai kedudukan menengah di antara manusia dalam pandangan aliran
Mu’tazilah, juga dalam pandangan Asy’ariyah. Dan dalam pandangan cabang
Samarkand manusia lebih berkuasa dan merdeka dari pada manusia dalam pandangan
cabang Bukhara. Dalam teologi Maturidiyah Samarkand, yang juga memberikan
kedudukan yang tinggi pada akal, tetapi tidak begitu tinggi dibandingkan
pendapat Mu’tazilah, wahyu juga mempunyai fungsi relatif banyak tetapi tidak
sebanyak pada teologi Asy’ariyah dan maturidiyah Bukhara.
Sementara itu
aliran kalam tradisional mngambil beberapa ayat Al-qur’an sebagai dalil dalam
rangka memperkuat pendapat yang mereka bawa . ayat-ayat tersebut adalah ayat 15
surat al-isro, ayat 134 surat Taha, ayat 164 surat An-Nisa dan ayat 18 surat
Al-Mulk.
Bagi kaum
Asy’ariyah akal hanya dapat mengetahui adanya tuhan saja, wahyu mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Manusia mengetahui yang baik dan yang buruk, dan
mengetahui kewajiban-kewajibannya hanya turunnya wahyu. Dengan demikian
sekiranya wahyu tidak ada, manusia tidak akan tahu kewajiban-kewajibannya
kepada tuhan, sekiranya syariatnya tidak ada Al-Ghozali berkata manusia tidak
aka ada kewajiban mengenal tuhan dan tidak akan berkewajiban berterima kasih
kepadanya atas nikmat-nikmat yang diturunkannya. Demikian juga masalah baik dan
buruk kewajiban berbuat baik dan mnghindari perbuatan buruk, diketahui dari
perintah dan larangan-larangan tuhan. Al-Baghdadi berkata semuanya itu hanya
bisa diketahui menurut wahyu, sekiranya tidak ada wahyu tak ada kewajiban dan
larangan terhadap manusia.
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia.
Bagi aliran kalam tradisional, akal manusia sudah mengetahui empat hal, maka
wahyu ini berfungsi memberi konfirmasi tentang apa yang telah dijelaskan oleh
akal manusia sebelumnya. Tetapi baik dari aliran Mu’tazilah maupun dari aliran
Samarkand tidak berhenti sampai di situ pendapat mereka, mereka menjelaskan
bahwa betul akal sampai pada pengetahuan tentang kewajiban berterima kasih
kepada tuhan serta mengerjakan kewajiban yang baik dan menghindarkan dari
perbuatan yang buruk, namun tidaklah wahyu dalam pandangan mereka tidak perlu.
Menurut Mu’tazilah dan Maturidiyah Samarkand wahyu tetaplah perlu.
Wahyu
diperlukan untuk memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada
tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta
menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
Sementara itu, bagi bagi aliran kalam tradisional karena memberikan daya yang
lemah pada akal fungsi wahyu pada aliran ini adalah sangat besar. Tanpa diberi
tahu oleh wahyu manusia tidak mengetahui mana yang baik dan yang buruk, dan
tidak mengetahui apa saja yang menjadi kewajibannya.
Dari uraian di atas dapatlah
kiranya disimpulkan bahwa wahyu bagi Mu’tazilah mempunyai fungsi untuk
informasi dan konfirmasi, memperkuat apa-apa yang telah diketahui akal dan
menerangkan apa-apa yang belum diketahui akal. Dan demikian menyempurnakan
pengtahuan yang telah diperoleh akal.
Jelas bahwa dalam
aliran Asy’ariyah wahyu mempunyai fungsi yang banyak sekali, wahyu yang
menentukan segala hal, sekiranya wahyu tak ada manusia akan bebas berbuat apa
saja, yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya manusia akan berada dalam
kekacauan. Wahyu perlu untuk mengatur masyarakat, dan
demikianlah pendapat kaum Asy’ariyah. Al-Dawwani berkata salah satu fungsi
wahyu adalah memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di dunia.
Oleh karena itu pengiriman para rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya
suatu keharusan dan bukan hanya hal yang boleh terjadi sebagaimana hal
dijelaskan oleh Imam Al-Ghozali di dalam al-syahrastani.
Tegasnya
manusia dalam pandangan aliran Mu’tazilah adalah berkuasa dan merdeka sedangkan
dalam aliran Asy’ariyah manusia lemah dan jauh dari merdeka.
2. IMAN DAN KUFUR
Agenda persoalan yang pertama timbul dalam
teologi Islam masalah iman dan kufur. Persoalan itu dimunculkan pertamakali
oleh kaum Khawarij yang mengecap kafir sejumlah tokoh sahabat Nabi SAW. Yang
dipandang telah melakukan dosa besar, yaitu Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin
Abu sufyan, Abu Musa Al-Asy’ari, Amr bin Al-Ash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair
bin Awwam, dan Aisyah istri Rasulullah SAW.
v
Aliran Khawarij
Kaum Khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi
Thalib yang keluar dari barisan Ali, karena tidak setuju dengan kebijaksanaan
Ali bin Abi Thalib yang menerima tahkim / arbitrase judge between parties to a
dispute.
Dari persoalan
politik, kemudian kaum khawarij memasuki juga persoalan teologi Islam. Menurut
golongan Khawarij al-Muhakkimah, Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr ibn
al-‘As dan Abu Musa al-‘Asy’ari adalah kafir.
Iman menurut kaum Khawarij bukan merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman saja. Dan menurut kaum Khawarij, orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya yang diwajibkan oleh Islam, maka termasuk kafir. Jadi apabila sekarang mukmin melakukan dosa besar mapun kecil, maka orang itu termasuk kafir dan wajib diperangi serta boleh di bunuh. Harta bendanya boleh dirampas menjadi harta ghonimah.
Iman menurut kaum Khawarij bukan merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman saja. Dan menurut kaum Khawarij, orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya yang diwajibkan oleh Islam, maka termasuk kafir. Jadi apabila sekarang mukmin melakukan dosa besar mapun kecil, maka orang itu termasuk kafir dan wajib diperangi serta boleh di bunuh. Harta bendanya boleh dirampas menjadi harta ghonimah.
v
Aliran Murji’ah
Iman menurut
Murji’ah adalah terletak pada tashdiq qolbu, adapun ucapan dan perbuatan tiadak
selamanya menggambarkan apa yang ada dalam qolbu.
Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yangmenyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurnadalam pandangan Tuhan.Sementara yang dimaksud murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang dilakukannya. Dalam menetapkan kafir dan dosa besar, kalau paham Khawarij mengatakan bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar dia sudah dianggap kafir, sedangkan paham murji’ah lebih bersikap positif. Artinya, sesuai dengan sebutan nama mereka arja’a, mereka lebih cenderung menyerahkan saja kepada Tuhan soal pelaku dosa besar.
Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yangmenyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurnadalam pandangan Tuhan.Sementara yang dimaksud murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang dilakukannya. Dalam menetapkan kafir dan dosa besar, kalau paham Khawarij mengatakan bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar dia sudah dianggap kafir, sedangkan paham murji’ah lebih bersikap positif. Artinya, sesuai dengan sebutan nama mereka arja’a, mereka lebih cenderung menyerahkan saja kepada Tuhan soal pelaku dosa besar.
v Muta’zilah
Menurut paham mu’tazilah Iman adalah
tashdiq di dalam hati, iktar dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan
konsep ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman, karena itu, keimanan
seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini
dianut pula olah Khawarij. Menurut mereka iman adalah pelaksanaan
kewajiban-kewajiban kepada Tuhan. Jadi, orang yang membenarkan (tashdiq) tidak
ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasul-Nya, tetapi tidak melaksanakan
kewajiban-kewajiban itu tidak dikatakan mukmin. Tegasnya iman adalah amal. Iman
tidak berarti pasif, menerima apa yang dikatakan orang lain, iman mesti
aktif karena akal mampu mengetahui kewajiban-kewajiban kepada Tuhan.
Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.
Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.
v Asy’ariyah
Menurut aliran ini, dijelaskan oleh
syahrastani, iman secara esensial adalah tasdiq bil al janan
(membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qaul dengan lisan dan melakukan berbagai
kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupakan furu’(cabang-cabang) iman.
Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan
juga membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa dari-Nya, iman
secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia
mengingkari salah satudari hal-hal tersebut.
Kaum Asy’ariyah – yang muncul sebagai reaksi terhadap kekerasan Mu’tazilah memaksakan paham khalq al-Quran – banyak membicarakan persoalan iman dan kufur. Asy’ariyah berpendapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan dan manusia harus menerimanya sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka adalah tashdiq. Pendapat ini berbeda dengan kaum Khawarij dan Mu’tajilah tapi dekat dengan kaum Jabariyah. Tasdiq menurut Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati yang mengandung ma’r ifah terhadap Allah
Kaum Asy’ariyah – yang muncul sebagai reaksi terhadap kekerasan Mu’tazilah memaksakan paham khalq al-Quran – banyak membicarakan persoalan iman dan kufur. Asy’ariyah berpendapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan dan manusia harus menerimanya sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka adalah tashdiq. Pendapat ini berbeda dengan kaum Khawarij dan Mu’tajilah tapi dekat dengan kaum Jabariyah. Tasdiq menurut Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati yang mengandung ma’r ifah terhadap Allah
v
Maturidiyah
Dalam aliran Maturidiyah terdiri atas dua
kelompok, yaitu kelompok Samarkhand, dan kelompok Bukhara
·
Maturidiyah golongan Samarkand
Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah
Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata
iqrar bi al-lisan.Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman,
menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah. Al-Maturidi
tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya,tas hdiq, seperti yang dipahami di
atas, harus diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil darim a’r ifah ini
didapatkan melalui penalaran akal, bukan sekedar berdasarkan wahyu. Lebih
lanjut, Al-Maturidi mendasari pandangannya pada dalil naqli surat Al-Baqarah
ayat 260. Pada surat Al-Baqarah tersebut dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim meminta
kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan Nabi Ibrahim meminta kepada
Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan menghidupkan orang yang sudah mati.
Permintaan Ibrahim tersebut, lanjut Al-maturidi, tidaklah berarti bahwa Ibrahim
belum beriman. Akan tetapi, Ibrahim mengharapkan agar iman yang telah
dimilikinya dapat meningkat menjadi iman hasil ma’rifah. Jadi, menurut
Al-Maturidi, iman adalah tas hdiq yang berdasarkan ma’r ifah. Meskipun
demikian,ma’r ifah menurutnya sama sekali bukan esensi iman, melainkan faktor
penyebab kehadiran iman.
·
Maturidiyah golongan Bukhara
Adapun pengertian iman menurut Maturidiyah
Bukhara, seperti yang dijelaskan oleh Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al qalb dan
tashdiq bi al-lisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tashdiq bi al-qalb adalah
meyakini dan membenarkan dalam hati tentang keesaan Allah dan rasul-rasul yang
diutus-Nya beserta risalah yang dibawanya. Adapun yang dimaksud demgan tashdiq
al-lisan adalah mengakui kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara verbal.
Pendapat ini tampaknya tidak banyak berbeda dengan As y’ar iyah, yaitu
sama-sama menempatkan tashdiq sebagai unsur esensial dari keimanan walaupun
dengan pengungkapan yang berbeda
BAB III : PENUTUP
Demikianlah akal dan wahyu yang kami bahas
dalam pandangan aliran Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah Samarkand ataupun
maturidiyah Bukhara, mereka semua aliran mempunyai pendapat masing-masing dalam
memberikan pendapat tentang akal dan wahyu, dan dari penutup inilah penulis
menyarankan agar lebih teliti lagi dalam mambaca apa yang ada dalam presentasi
kami, dan apabila banyak kesalahan dalam pembahasan sekiranya dapat dimaklumi
dikarenakan kapasitas kemampuan kami yang sangat terbatas pada kajian kami
ini.lalu kami dari yang meprentasikan iani dapat mnari benang merah dari kajian
ini yaitu :
·
Wahyu mempunyai kedudukan yang sangat pnting dalam aliran
Asy’ariyah dan mmpunyai fungsi kecil pada aliran mu’tazilah.
·
Mu’tazilah
adalah paham yang beraliran rasional artinya lbih mnguatkan pendapat akal
dibandingkan wahyu.
·
Asy’ariyah
menjadikan wahyu mempunyai kedudukan penting dalam alirannya disbanding akal.
·
Maturidiyah
Bukhara bahwa wahyu dan akal saling berdampingan dan saling menguatkan dengan
kata lain kedudukan wahyu dan akal adalah seimbang.
·
Maturidiyah
Samarkand bahwa akal lebih tinggi disbanding kedudukan wahyu dengan kata lain
sama dengan pendapat aliran Mu’tazilah tentang kedudukan wahyu dan akal.
A.
Kesimpulan
a. Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa
arab dengan gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku. Apa yang dibawa oleh
wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan
prinsip-prinsip akal.Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun
secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
b. Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap
kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan
sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa.
c.
Aliran
Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal
mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut.
Sementara itu aliran Maturidiyah Samarkand
yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban
menjalankan yang baik dan yang buruk akan mempunyai kemampuan mengetahui ketiga
hal tersebut.
Aliran Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran
kalam tradisional juga berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan
sedangkan tiga hal lainnya, yakni kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik
dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang baik dan menghindari yang jahat
diketahui manusia berdasarkan wahyu.
d. Menurut Mu’tazilah, fungsi wahyu adalah
dibawah fungsi akal. Mereka lebih memuji akal mereka dibanding dengan ayat-ayat
suci dan hadits-hadits Nabi.
Menurut Asy’ariyah, fungsi wahyu (Al-Qur’an)
dan hadits adalah sebagai pokok, sedang fungsi akal adalah sebagai penguat
Nash-nash wahyu dan hadits.
Menurut Maturidiyah, fungsi wahyu dan akal adalah sejajar atau
seimbang. Al-Maturidi mangakui adanya kebaikan dan keburukan yang terhadap pada
sesuatu perbuatan itu sendiri, dan akal bisa mengetahui kebaikan dan keburukan
sebagai suatu perbuatan.
e.
Menurut golongan Khawarij iman bukan
merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, akan tetapi amal
ibadah menjadi rukun iman sajaJadi apabila sekarang mukmin melakukan dosa besar
mapun kecil, maka orang itu termasuk kafir dan wajib diperangi serta boleh di
bunuh
Menurut sub
sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan bahwa
keimanan terletak di dalam kalbu, kalau paham Khawarij mengatakan bahwa orang
mukmin yang melakukan dosa besar dia sudah dianggap kafir, sedangkan paham
murji’ah lebih bersikap positif. Artinya, sesuai dengan sebutan nama mereka
arja’a, mereka lebih cenderung menyerahkan saja kepada Tuhan soal pelaku dosa
besar.
Menurut paham mu’tazilah.Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.
Menurut paham mu’tazilah.Kaum Mu’tazilah juga berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq.
Menurut aliran Asy’ariyah
keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satudari
hal-hal tersebut.
Aliran Maturidiyah berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan
semata-mata iqrar bi al-lisan.Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk
pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah.
B.
Saran
Semoga
makalah yang kami susun dapat bermanfaat dalam menambah potensi dan gairah baru
untuk lebih memahami masalah ilmu kalam beserta perbandingan _
perbandingan pendapat antara beberapa golongan yang ada di dalam nya.
Daftar
Pustaka
Yunan
Yusuf, M, Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam, Jakarta; Perkasa Jakarta
1990.
Rozak,
Abdul, Dkk, Ilmu Kalam, Bandung; CV. Pustaka, 2003.
Nasution,
Harun, Teologi Islam Dan Aliran Analisa Perbandingan, Jakarta;
Universitas Indonesia, (UI-Press) 1986.
Al-Majid.
Al-Najjar. Pemahaman Islam, PT. Remaja Rodsakarya, Bandung; 1997.
Nasution,
Harun, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakata’ 1987.
Google.com
LATIHAN SOAL
I . Berilah tanda silang (x) huruf a,b,c,d,
atau e pada jawaban yang paling benar benar!
1.
Yang pertama
kali memunculkan persoalan iman dan kufur adalah aliran . . . .
a.
Mu’tazilah c. Murji’ah e. Maturidiyah
b.
Asy’ariyah d. Khawarij
2.
Segala
perbuatan yang berbau religius termasuk di dalam nya maslah kekuasaan merupakan
bagian dari. . . .
a. Kekufuran c.
Kedudukan e. Keimanan
b. Ketaqwaan d.
Kepercayaan terhadap Tuhan
3.
Ada satu
subsekte khawarij yang sangat moderat, subsekte ini memiliki pandangan bahwa
setiap pelaku dosa besar tetap sebagai muwahid, tetapi bukan mukmin. Subsekte
apakah itu . . . .
a. Uluhiyah c.
Rububiyah e. Salafiyah
b. ibadiah d.
Akhlaqiyah
4.
Dibawah ini
adalah nama-nama subsekte aliran teologi murjiah kecuali …
a. Al- jahmiyah c.
Al-marja’iyah e. Asy-syimriyah
b. ash-shalihiyah d.
An-najariyah
5.
Menurut
murji’ah ekstrim, keimana terletak pada. . . .
a. qalbu c. Jiwa e. Akhlaq dan jiwa
b. fikiran d.Lisan
6.
Menurut washil
bin atha’ dan Amr bin ubaid sebutan untuk seorang yang fasik, sebagai kategori.
. . .
a. netral dan independen c.
Freewill e. Independen
dan Fatalis
b. netral dan rasional d.
independen dan rasional
7.
Aspek penting
lainnya dalam konsep mu’tazilah tentang iman adalah apa yang mreka identifikas
kan sebgai. . . .
a. keimanan c.
Mahabbah e. Hakikat islam
b. ma’rifah d.
Ketaqwaan
8.
Menurut
Al-Asy’ari, iman adalah . . . .
a. mengakui hakikat kebenaran
c. Membenarkan dengan hati d. Semua benar
b. membenarkan dengan lisan
d. Menyatukan antara hati dan akal
9.
Menurut
Al-Maturidi, iman adalah tashdiq, yang berdasarkan . . . .
a. Al-Lisan c.
Keyakinan e.
Ma’rifah
b. Al-Qalb d.
Istiqamah
10.
Iman tidak
dapat berkurng,tapi bisa bertambah dengan adanya ibadah-ibadah yang di lakukan.
Pernyataan tersebut adalah pendapat dari. . . .
a.Ibnu Hanifah c.
Al-Juhaini e. Al-Bazdawi
b. Al-Jabar d.
Ghilan
11. Perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa
mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau
khusus. Merupakan devinisi dari . . . .
a. Akal c.
Al-Qur’an e. Logika
b. Wahyu d.
Mu’jizat
12.
Mengetahui
tuhan dan sifat-sifatnya merupakan bagian dari . . . .
a. Devinisi akal c.
Fungsi akal e. Tujuan akal
b. Devinisi wahyu d.
Kekuatan akal
13.
Dibawah ini
merupakan kekuatan akal kecuali . . . .
a. Mengetahui
adanya hidup akhirat.
b. Membuat
hukum-hukum mengnai kwajiban-kwajiban itu.
c. Mengetahui wajibnya
manusia berbuat baik
d. Mengetahui
wajibnya manusia mengenal tuhan.
e. Wajibnya
mempercayai kekuatan wahyu
14.
Dibawah ini
manakah yang termasuk dalam kekuatan wahyu . . . .
a. Wahyu turun melalui para ucapan
nabi-nabi.
b. Wahyu turun melalui para malaikat
c.
Wahyu turun langsung dari tuhan
d. Wahyu turun tanpa perantara
e. Wahyu turun berangsur-angsur
15. Dalam kekuatan wahyu, di jelaskan bahwa Wahyu lebih condong melalui
dua mukjizat yaitu . . . .
a.
Akal dan wahyu c.
Sunnah dan wahyu e. Sunnah dan
Akal
b.
Al-Qur’an dan hadist d.
Akal dan Al-Qur’an
16.
Aliran yang menganut
pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal mmpunyai kemampuan
mengetahui empat konsep adalah aliran . . . .
a. Asy’ariyah c.
Khawarij e.
Syi’ah
b. Maturidiyah d.
Mu’tazilah
17. Wahyu mempunyai fungsi yang banyak sekali, wahyu yang menentukan segala hal,
sekiranya wahyu tak ada manusia akan bebas berbuat apa saja, yang
dikehendakinya, dan sebagai akibatnya manusia akan berada dalam kekacauan.
Pernyataan
diatas merupakan pendapat aliran . . . .
a. Asy’ariyah c.
Khawarij e.
Syi’ah
b. Maturidiyah d.
Mu’tazilah
18.
Memberi
informasi bagi manusia adalah fungsi dari . . . .
a. Akal c.
Al-Qur’an e.
Hadist
b. Wahyu d.
Media massa
19. Pengiriman para rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya
suatu keharusan dan bukan hanya hal yang boleh terjadi sebagaimana hal
dijelaskan oleh . . . .
a.Imam
hanafi c.
Imam Hambali e. Imam
Al-Ghazali
b.
Imam Syafi’I d.
Imam Nasa’i
20. Dalam system teologi yang
memberikan daya terkecil pada akal dan fungsi terbesar pada wahyu. Dalam teology ini, manusia dipandang . .
. .
a. lemah dan tidak merdeka. c. Lemah tapi merdeka e. Terkekang
b.
Kuat dan Merdeka d.
Kuat tapi tidak merdeka
ESSAY
Jawablah
pertanyaan berikut dengan benar dan
jelas !
1.
Apa yang di
maksud dengan wahyu ?
2.
Apa yang
dimaksud dengan akal ?
3.
Sebutkan dan
jelaskan kekuatan dari akal !
4.
Sebutkan dan
jelaskan kekuatan dari wahyu !
5.
Siapakah yang di pandang oleh aliran khawarij telah melakukan dosa besar ?
KUNCI JAWABAN
1.
D 6.
A 11. B 16. D
2.
E 7.
B 12. D 17. A
3.
B 8.
C 13. E 18. B
4.
C 9.
E 14. A 19. E
5.
A 10. E 15.
B 20. A
ESSAY
1.
Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan
gaya ungkap dan gaya bahasa yang berlaku. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada
yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip
akal.Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara
berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang
.
2.
Akal adalah
tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap kelanjutan wujudnya,
peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan sumber kehidupan dan
kebahagiaan bangsa-bangsa
3.
Kekuatan akal
v Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya.
v Mengetahui adanya hidup akhirat.
v Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada
mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak
mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
v Mengetahui wajibnya manusia mengenal tuhan.
v Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia mnjauhi
perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
v Membuat hukum-hukum mengnai kwajiban-kwajiban itu.
4. Kekuatan wahyu
ü Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
ü Membuat suatu keyakinan pada diri manusia
ü Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam
ghaib.
ü Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.
5. Yang dipandang
aliran khawarij telah melakukan dosa besar yaitu :
Ø Ali bin Abi
Thalib,
Ø Mu’awiyah bin
Abu sufyan
Ø Abu Musa Al-Asy’ari
Ø Amr bin Al-Ash
Ø Thalhah bin
Ubaidillah
Ø Zubair bin Awwam
Ø Aisyah istri
Rasulullah SAW.
Comments
Post a Comment